Selasa, 21 Mei 2013
Hari Dialog dan Pengembangan Untuk Perbedaan Budaya Internasional
Hari dialog dan pengembangan untuk perbedaan budaya Internasional dilaksanakan setiap tanggal 21 Mei untuk membangun kesadaran kepada masyarakat akan pentingnya perbedaan budaya. Konferensi Umum United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mengadopsi Universal Declaration on Cultural Diversity di Paris, Perancis pada tanggal 2 November 2001. Ini merupakan resolusi ke 249 yang diadopsi dari 57 sesi konferensi PBB. Peristiwa 11 September 2001 menunjukkan bagaimana seriusnya konflik akibat perbedaan budaya yang tidak dikomunikasikan. Tahun 2002 merupakan Tahun PBB untuk Warisan Kebudayaan. Di akhir tahun pada 20 Desember 2002, Majelis Umum PBB mendeklarasikan 21 Mei sebagai World Day for Cultural Diversity for Dialogue and Development. PBB percaya bahwa terdapat hubungan antara perbedaan budaya dan pentingnya dialog antar warga masyarakat di dunia modern. Peringatan ini pertama kali dilaksanakan pada tahun 2003.
Sumber : Hari-hari Besar Internasional/Zulkifli
Senin, 20 Mei 2013
Hari Kebangkitan Nasional
Hari Kebangkitan Nasional diperingati sebagai hari lahirnya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang didirikan oleh dr.Sutomo dan para mahasiswa STOVIA ( School tot Opleiding van Indische Artsen ) yang digagaskan oleh Dr. Wahidin Soedirohusodo.
Pada mulanya Organisasi ini bergerak dalam bidang sosial ,budaya,ekonomi dan tidak bersifat politis. Namun seiring waktu menjadi sebuah organisasi kebangsaan yang lahir dari semangat nasionalisme.
Banyak organisasi yang lahir setelah Boedi Oetomo seperti Indische Partij , Sarekat Dagang Islam , Muhammadiyah dan lain sebagainya.
Perjuangan para pahlawan ini haruslah kita teruskan dengan semangat kesatuan yang terwujud dalam nasionalisme yang kuat. Pada era ini dalam nafas kebebasan kemerdekaan bukan tidak mungkin semangat nasionalisme kita kembali diuji. Bukan hanya retorika semata namun dalam tindakan nyata
Lalu apa kita telah memilikinya?
Minggu, 05 Mei 2013
Hari Bidan Internasional
International Midwives' Day pertama kali dirayakan pada 5 Mei 1991 dan sejak itu dirayakan dilebih dari 50 negara di Dunia. Ide dari peringatan ini untuk menghormati jasa para bidan yang pada tahun 1987 mengadakan International Confederation of Midwives ( ICM ) Conference di Belanda.
Misi dari ICM adalah mengakomodasi aspirasi bidan di seluruh dunia dalam pencapaian perempuan dalam melahirkan anak,bayi dan keluarga dimanapun mereka berada. ICM juga merupakan organisasi pendukung resmi Healthcare Information For All by 2015, sebuah inisiatif global yang tujuannya meliputi: Pada tahun 2015, setiap bidan akan memiliki akses ke informasi yang mereka butuhkan untuk belajar, untuk mendiagnosa, untuk memberikan perawatan dan pengobatan yang tepat, dan menyelamatkan nyawa. Indonesian Midwives Association adalah salah satu anggota dari ICM.
Sumber : Hari-hari Besar Internasional/Zulkifli ;http://en.wikipedia.org/wiki/International_Confederation_of_Midwives
Sabtu, 04 Mei 2013
Hari Pemadam Kebakaran Internasional
Hari Pemadam Kebakaran Internasional diperingati setiap tanggal 4 Mei. Sebelumnya usulan ini dikirimkan melalui email ke seluruh dunia pada tanggal 4 Januari 1999 untuk mengenang empat orang pemadam kebakaran yang bernasib tragis saat mencoba memadamkan kebakaran hebat di Australia. Hari pemadam kebakaran Internasional merupakan waktu bagi warga dunia untuk memberikan penghargaan atas pengorbanan para pemadam kebakaran yang telah berjasa menyelamatkan masyarakat dan lingkungan. Di hari tersebut, biasanya juga diberikan penghargaan kepada mantan pemadam kebakaran yang telah memberikan kontibusinya bagi masyarakat.
Sumber : Hari-hari Besar Internasional/Zulkifli
Jumat, 03 Mei 2013
Hari Kebebasan Pers Sedunia
Hari Kebebasan Pers Sedunia diadakan oleh PBB untuk meningkatkan kesadaran kebebasan pers dan mengingatkan pemerintah akan tugas mereka untuk peduli dan menghargai kebebasan berekspresi sesuai dengan artikel 19 dari Universal Declaration of Human Rights.
Peringatan ini mulai dilakukan oleh PBB pada tahun 1993. Dipilihnya tanggal 3 Mei, juga sebagai Declaration of Windhoek, sebuah pernyataan prinsip kebebasan pers yang dibuat oleh Jurnalis Surat Kabar Afrika di tahun 1991. UNESCO menandai World Press Freedom Day dengan mempersembahkan UNESCO/Guillermo Cano World Press Freedom Prize kepada individu, organisasi atau lembaga yang memberikan kontribusinya untuk mempertahankan atau mempromosikan kebebasan pers di mana saja di seluruh dunia, terutama mereka yang harus berhadapan dengan bahaya. Dimulai di tahun 1997, penghargaan ini direkomendasikan oleh juru independen dari 14 wartawan profesional. Nama-nama kandidat diusulkan oleh LSM kebebasan pers regional dan internasional dan negara-negara anggota UNESCO. Penghargaan tersebut dinamakan Guilermo Cano, sebagai penghargaan untuk Guilermo Cano Isaza, seorang wartawan Colombia yang terbunuh di depan kantornya, El Espectador, di Bogota, pada 17 Desember 1986. Cano telah menulis mengenai kekuatan mafia obat-obatan Colombia.
Sumber : Hari-hari Besar Internasional/Zulkifli
Kamis, 02 Mei 2013
Hari Pendidikan Nasional
Setiap 2 Mei kita memperingati hari pendidikan nasional. Tanggal ini merupakan hari lahir dari Bapak Pendidikan Nasional, Raden Mas Soewardi Suryaningrat atau lebih dikenal Ki Hadjar Dewantara. Ajarannya yang terkenal adalah tut wuri handayani, ing madya mangun karsa, ing ngarsa sungtulada ( di belakang memberikan dorongan, di tengah memberikan peluang untuk berprakarsa, di depan memberikan teladan ). Bangsa ini harus mewarisi pemikiran beliau tentang tujuan pendidikan dimana harus memajukan bangsa secara keseluruhan tanpa membeda - bedakan agama,etnis,status sosial,status ekonomi dan sebagainya,serta harus didasarkan pada kemerdekaan yang asasi.
Dewasa ini dengan perkembangan zaman dan berbagai tantangannya menuntut kualitas manusia yang lebih baik. Pendidikan adalah faktor utama dalam pembangunan kualitas manusia tersebut. Namun apakah negeri ini telah mempunyai sistem pendidikan yang baik? Perbedaan kualitas pendidikan antar daerah, kurikulum yang menimbulkan banyak kontroversi, tenaga pendidik yang kurang baik kualitas maupun kuantitasnya, anggaran yang tidak tepat sasaran sampai dengan kisruh UN.
Para pelajar,guru,satuan pendidikan,pemerintah dan kita semua harus melanjutkan tongkat estafet yang telah diberikan Ki Hadjar Dewantara. Pembangunan kualitas manusia yang baik tentu akan berbanding lurus terhadap kemajuan dan kesejahteraan bangsa.
Ki Hadjar Dewantara
Terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Ia berasal dari lingkungan keluarga kraton Yogyakarta. Raden Mas Soewardi Soeryaningrat, saat berusia 40 tahun berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Semenjak saat itu, ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun hatinya. Ia menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda) Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer dan Poesara. Ki Hajar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908, ia aktif di Boedi Oetomo untuk mensosialisasikan mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara kepada masyarakat.
Kemudian, bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 Desember 1912 yang bertujuan mencapai Indonesia merdeka. Mereka berusaha mendaftarkan organisasi ini untuk memperoleh status badan hukum pada pemerintah kolonial Belanda. Tetapi pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg berusaha menghalangi kehadiran partai ini dengan menolak pendaftaran itu pada tanggal 11 Maret 1913. Alasan penolakannya adalah karena organisasi ini dianggap dapat membangkitkan rasa nasionalisme rakyat dan menggerakan kesatuan untuk menentang pemerintah kolonial Belanda.
Kemudian setelah ditolaknya pendaftaran status badan hukum Indische Partij ia pun ikut membentuk Komite Bumipoetra pada November 1913. Komite itu sekaligus sebagai komite tandingan dari Komite Perayaan Seratus Tahun Kemerdekaan Bangsa Belanda. Komite Boemipoetra itu melancarkan kritik terhadap Pemerintah Belanda yang bermaksud merayakan seratus tahun bebasnya negeri Belanda dari penjajahan Prancis dengan menarik uang dari rakyat jajahannya untuk membiayai pesta perayaan tersebut.
Sehubungan dengan rencana perayaan itu, ia pun mengkritik lewat tulisan berjudul Als Ik Eens Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda) dan Een voor Allen maar Ook Allen voor Een (Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga). Tulisan Seandainya Aku Seorang Belanda yang dimuat dalam surat kabar de Expres milik dr. Douwes Dekker itu antara lain berbunyi:
"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang kita sendiri telah merampas kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu.
Pikiran untuk menyelenggarakan perayaan itu saja sudah menghina mereka dan sekarang kita garuk pula kantongnya. Ayo teruskan penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda. Apa yang menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku terutama ialah kenyataan bahwa bangsa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu pekerjaan yang ia sendiri tidak ada kepentingannya sedikitpun".
Akibat karangannya itu, pemerintah kolonial Belanda melalui Gubernur Jendral Idenburg menjatuhkan hukuman tanpa proses pengadilan, berupa hukuman internering (hukum buang) yaitu sebuah hukuman dengan menunjuk sebuah tempat tinggal yang boleh bagi seseorang untuk bertempat tinggal. Ia pun dihukum buang ke Pulau Bangka. Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo merasakan rekan seperjuangan diperlakukan tidak adil. Mereka pun menerbitkan tulisan yang bernada membela Soewardi. Tetapi pihak Belanda menganggap tulisan itu menghasut rakyat untuk memusuhi dan memberontak pada pemerinah kolonial. Akibatnya keduanya juga terkena hukuman internering. Douwes Dekker dibuang di Kupang dan Cipto Mangoenkoesoemo dibuang ke pulau Banda. Namun mereka menghendaki dibuang ke Negeri Belanda karena di sana mereka bisa memperlajari banyak hal dari pada didaerah terpencil. Akhirnya mereka diijinkan ke Negeri Belanda sejak Agustus 1913 sebagai bagian dari pelaksanaan hukuman. Kesempatan itu dipergunakan untuk mendalami masalah pendidikan dan pengajaran, sehingga Raden Mas Soewardi Soeryaningrat berhasil memperoleh Europeesche Akte.Kemudian ia kembali ke tanah air di tahun 1918. Di tanah air ia mencurahkan perhatian di bidang pendidikan sebagai bagian dari alat perjuangan meraih kemerdekaan.
Setelah pulang dari pengasingan, bersama rekan-rekan seperjuangannya, ia pun mendirikan sebuah perguruan yang bercorak nasional, Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa (Perguruan Nasional Tamansiswa) pada 3 Juli 1922. Perguruan ini sangat menekankan pendidikan rasa kebangsaan kepada peserta didik agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk memperoleh kemerdekaan.
Tidak sedikit rintangan yang dihadapi dalam membina Taman Siswa. Pemerintah kolonial Belanda berupaya merintanginya dengan mengeluarkan Ordonansi Sekolah Liar pada 1 Oktober 1932. Tetapi dengan kegigihan memperjuangkan haknya, sehingga ordonansi itu kemudian dicabut.
Di tengah keseriusannya mencurahkan perhatian dalam dunia pendidikan di Tamansiswa, ia juga tetap rajin menulis. Namun tema tulisannya beralih dari nuansa politik ke pendidikan dan kebudayaan berwawasan kebangsaan. Tulisannya berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-tulisan itulah dia berhasil meletakkan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.
Sementara itu, pada zaman Pendudukan Jepang, kegiatan di bidang politik dan pendidikan tetap dilanjutkan. Waktu Pemerintah Jepang membentuk Pusat Tenaga Rakyat (Putera) dalam tahun 1943, Ki Hajar duduk sebagai salah seorang pimpinan di samping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta dan K.H. Mas Mansur.
Setelah zaman kemedekaan, Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama
Ki Hajar Dewantara pernah menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar Dewantara bukan saja diabadikan sebagai seorang tokoh pahlawan pendidikan (bapak Pendidikan Nasional) yang tanggal kelahirannya 2 Mei dijadikan hari Pendidikan Nasional, tetapi juga ditetapkan sebagai pahlawan Pergerakan Nasional melalui surat keputusan Presiden RI No.305 Tahun 1959, tanggal 28 November 1959. Penghargaan lain yang diterimanya adalah gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Gajah Mada pada tahun 1957. Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa itu, ia meninggal dunia pada tanggal 28 April 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di sana.
Sumber: http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/295-pahlawan/1502-bapak-pendidikan-nasional
Rabu, 01 Mei 2013
Pembebasan Irian Barat
Pada 1 Mei 1963 pemerintah RI secara resmi menerima pemerintahan Irian Barat dari UNTEA ( United Nation Temporary Executive Authority ). Hal ini merupakan salah satu hasil dari Persetujuan New York pada 15 Agustus 1962 di markas besar PBB di New York yang berisi beberapa hal berikut :
a) Setelah pengesahan persetujuan antara Indonesia-Belanda, selambat-lambatnya pada 1 Oktober1962 pemerintah sementara PBB atau UNTEA akan tiba di Irian Barat untuk melakukan serah terima pemerintahan dari tangan Belanda. Sejak hari itu, bendera Belanda diturunkan dan diganti dengan bendera PBB.
b) UNTEA akan memakai tenaga-tenaga Indonesia baik sipil maupun alat-alat keamanan putra -putra Irian Barat sendiri dan pegawai - pegawai Belanda yang masih diperlukan.
c) Pasukan-pasukan Indonesia yang sudah ada di Irian Barat tetap tinggal di Irian Barat yang berstatus dibawah UNTEA.
d) Angkatan perang Belanda secara berangsur-angsur dikembalikan. yang belum pulang ditempatkan dibawah pengawasan PBB dan tidak boleh dipakai untuk operasi-operasi militer.
e) Antara Irian Barat dan Indonesia lainnya belaku lalu lintas bebas.
f) Pada 31 Desember 1962 , bendera Indonesia mulai berkibar di samping bendera PBB.
g) Pemulangan anggota - anggota sipil dan militer Belanda sudah selesai pada 1 Mei 1963 dan selambat-lambatnya 1 Mei 1963 pemerintah RI secara resmi menerima pemerintahan di Irian Barat dari UNTEA.
Untuk menjamin keamanan di wilayah Irian Barat,dibentuk suatu pasukan keamanan PBB UNSF ( United Nations Security Forces ) dibawah pimpinan Brigjen Said Khan dari Pakistan.
Sumber : dari berbagai sumber
Peristiwa Aru
Pada 12 Januari 1962, tiga buah Motor Torpedo Boat ( MTB ) yang tergabung dalam Kesatuan Patroli Cepat, yakni RI Macan Tutul, RI Harimau, RI Macan Kumbang mengadakan patroli rutin di lautan Arafuru. Dalam patroli ini turut pula Deputi KSAL Komodor Jos Sudarso, Kepala Direktorat Operasi MBAL Kolonel Soedomo, Asisten II Ksad Kolonel Moersaid serta perwira- perwira staf lainnya. Para perwira tinggi dan senior ini bermaksud meninjau lebih dekat medan laut terdepan di perbatasan Trikora untuk penyusunan rencana operasi selanjutnya.
Pada 15 Januari 1962, waktu menunjukkan jam 21.15 waktu I.,terlihat 2 buah pesawat terbang milik Belanda dengan jenis Neptune dan Firefly melayang pada ketinggian 3.000 kaki ( 915 m ) melintasi formasi patroli ALRI. Sementara itu radar MTB menangkap dan memberikan tanda-tanda 2 buah kapal perusak Belanda yang bergerak cepat sejauh 7 mil ( 11,262 km ) dari satuan patroli MTB.
Melihat situasi yang membahayakan, karena mendapat serangan tiba-tiba, Komodor Jos Sudarso ambil alih pimpinan dan memerintahkan serangan balasan. Namun kedua kapal perusak Belanda yang memiliki persenjataan lebih kuat telah mengepung posisi MTB Indonesia.Komodor Jos Sudarso memerintahkan RI Macan Tutul untuk melakukan manuver,sehingga menjadikan RI Macan Tutul menjadi sasaran tembak kapal perusak musuh.
Siasat berhasil tetapi menyebabkan terbakar dan tenggelamnya RI Macan Tutul bersama Komodor Jos Sudarso, Kapten Wiratno,serta beberapa awak kapalnya. Dua kapal MTB lainnya berhasil meloloskan diri.
Sebelum RI Macan Tutul tenggelam, melalui radio Komodor Jos Sudarso masih sempat mengomandokan combat message : " Kobarkan semangat pertempuran " Akhirnya pada 21.35 RI Macan Tutul tenggelam dalam keadaan terbakar.
Sumber : 30 Tahun Indonesia Merdeka, 1978.
May Day
Hari Buruh pada umumnya dirayakan pada tanggal 1 Mei, dan dikenal dengan sebutan May Day. Hari buruh di beberapa negara merupakan hari libur tahunan yang berawal dari usaha gerakan serikat buruh untuk merayakan keberhasilan ekonomi dan sosial para buruh.
Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat". Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya. Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional. Sementara 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872, menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886.
Di Indonesia hari buruh mulai diperingati sejak 1920. Semasa Orde baru, aksi untuk peringatan May Day masuk kategori aktivitas subversif, karena May Day selalu dikonotasikan dengan ideologi komunis. Konotasi ini jelas tidak pas, karena mayoritas negara-negara di dunia ini (yang sebagian besar menganut ideologi nonkomunis, bahkan juga yang menganut prinsip antikomunis), menetapkan tanggal 1 Mei sebagai Labour Day dan menjadikannya sebagai hari libur nasional. Di era reformasi may day kembali marak dirayakan oleh para buruh,dengan melakukan aksi demonstrasi sebagai bentuk aspirasi untuk mengutarakan tuntutannya yang belum terpenuhi.
Sumber: http://id.wikipedia.org
Langganan:
Postingan (Atom)